Pemuda-Pemudi Islami Sebagai Kunci Mewujudkan Insan Berakhlak Islami
Hampir seluruh umat manusia dewasa ini sudah mulai berperan aktif dalam menggunakan teknologi sebagai pendamping dalam menjalani peran di kehidupan. Hal ini dikarenakan banyaknya manfaat serta kemudahan yang dirasakan oleh setiap orang ketika menggunakan kecanggihan dari suatu teknologi. Seperti masa pandemi covid-19 saat ini, kebijakan-kebijakan pemerintah yang mengharuskan rakyatnya untuk bekerja dan meraih edukasi dari dalam rumah, membuat teknologi, terutama dalam bidang digital semakin meningkat pesat. Maka dari itu seluruh elemen masyarakat, dari mulai anak-anak, generasi milenial, dan generasi tua pun harus ikut berkecimpung dengan dunia teknologi. Mereka harus menggunakan teknologi terutama dalam dunia digital untuk berinteraksi secara jarak jauh, seperti contoh yaitu PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) para guru dan dosen harus update dengan pemahaman teknologi untuk menggantikan peran langsung mereka di sekolah, mereka harus tau bagaimana cara menyalakan laptop, membuat link zoom, membuat tugas melalui google classroom.
Berdasarkan Katadata, saat ini, penggunaan media sosial di Indonesia melonjak hingga lebih dari 40% pengguna Instagram, Whatsapp, Facebook, Twitter, Tiktok dan Telegram. Meningkatnya penggunaan ini dapat dipastikan sebagai media untuk menjangkau dan terus terhubung dengan keluarga, kolega, anak di masa lockdown. Selain itu, para masyarakat pun ingin memaksimalkan media-media sosial yang ada untuk keberlangsungan hidup. Platform-platform media sosial pun belakangan ini banyak memperbarui fitur-fitur mereka, seperti Instagram, dari fitur yang sudah ada sebelumnya seperti instagram story, feeds, mereka menambahkan fitur Instagram Shop untuk memudahkan penjual-penjual dan pengguna di Instagram memilih katalog belanja, Instagram juga menambahkan fitur reels seperti Tiktok yang bisa memasukkan lagu, suara, gerakan-gerakan, serta tarian dalam 1 menit. Hal ini dilakukan karena mereka melihat market sedang terkurung di rumah, beberapa orang akhirnya berbelanja banyak barang, dari mlai makanan hingga barang-barang unik. Selain itu Tiktok juga semakin banyak pengguna, terlebih untuk anak-anak yang baru masuk ke SMA atau perguruan tinggi dalam mengupload tugas dari guru masing-masing.
Namun dari seluruh kecanggihan-kecanggihan fitur yang ada di media sosial, tetap saja mempunyai dampak negatif yang berbahaya, terlebih untuk anak-anak yang saat ini masih dalam masa perberkembangan dan menemukan karakter mereka. Bagaimana tidak, kini sosial media sudah tidak dibatasi pengunaanya. Seperti di salah satu sosial media, bergoyang-goyang ria dengan menggunakan pakaian ketat di depan kamera dan tempat umum saat ini sudah menjadi hal yang lazim. Begitu juga dengan komentar-komentar netizen Indonesia yang menghina orang lain dengan kata-kata yang kasar pada penampilan mereka, ras, agama. Banyak juga akun-akun gosip beredar yang membuka aib dan mencari kesalahan-kesalahan dari public figure. Netizen Indonesia belakangan ini juga banyak menyerang public figure luar negeri tanpa alasan.
Begitu juga banyak sekali komentar-komentar perbedaan pendapat dan beberapa orang merasa paling benar, sehingga menyerang kalangan minoritas, berbentuk Cyber Bullying yang dilakukan oleh netizen Indonesia, ada yang berhungan dengan ras, keyakinan, pelecehan seksual, dll. Seperti tahun 2020 lalu, beberapa rakyat Indonesia menyerang salah satu akun aktris Korea yaitu, Han So Hee. Hal itu mereka lakukan, karena dia berperan dalam salah satu drama Korea berjudul “The World of The Married” sebagai pengganggu rumah tangga atau orang ketiga dalam hubungan suami istri di film tersebut. Nyatanya, banyak rakyat Indonesia tidak menerima peran tersebut dan membawa ke dunia nyata.
Faktanya, Indonesia saat diukur oleh salah satu organisasi yang mengukur tingkat kesopanan warga atau pengguna internet, DCI (Digital Civilitily Index), mereka melaporkan bahwa netizen Indonesia saat ini menempati urutan paling bawah se-Asia 3 Tenggara. Maksudnya adalah, Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kesopanan warganet paling rendah se-Asia Tenggara. Selain itu, dampak buruk lain dari social media, maraknya beredar video-video anak muda sedang berpacara secara terang-terangan, bahkan video asusila yang tidak patut untuk ditonton yang dampaknya bisa merusak otak serta semakin meningkatnya angka kriminalitas. Tak jarang, sebagian anak-anak karena terlalu asik bermain media social, mereka mengabaikan perkataan orang tua bahkan sampai berkata kasar. Sangat parah bukan? Indonesia yang memiliki ideologi pancasila, dan mayoritas beragama Islam. Mungkin untuk sebagian agama hal-hal yang terjadi seperti busana minim dan goyangan-goyang di dunia maya tidak menjadi masalah, namun, bagaimana dengan kita yang beragama Islam? Bukankah ini masalah akhlak yang sangat besar karena bertabrakkan dengan hukumhukum Islam, seperti menghina orang lain, membuka aurat terang-terangan, menghalalkan zina, menyebarkan aib, menggosip, dan masih banyak lainnya. Bukankah kita sebagai umat muslim seharusnya malu dan prihatin atas keadaan saat ini?
Dari paparan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa saat ini rakyat Indonesia sedang dilanda oleh krisis pendidikan akhlak dan moral. Suwito (dalam Martin, 2017) menjelaskan tentang pendidikan akhlak, bahwasanya pendidikan akhlak atau karakter merupakan sebuah perubahan dan proses untuk membentuk perilaku lahir serta batin manusia sehingga menjadi seimbang untuk dirinya dan juga bagi lingkungan sekitar. Begitu juga dengan pengertian akhlak oleh “Imam Al-Ghazali”: Hal ikhwal yang melekat dalam jiwa daripada timbul perbuatan dengan mudah tanpa pikiran dan diteliti. Yang dapat kita simpulkan, bahwa akhlak ini adalah sebuah karakter yang dimana seseorang melakukan suatu perbuatan tanpa pemikiran panjang. Akhlak atau karakter seseorang dapat dilihat dari lingkungan, jika lingkungannya baik, maka akhlaknya akan menjadi baik, sedangkan apabila lingkungan sekitarnya buruk maka akhlaknya pun akan menjadi buruk.
Sedangkan, solusi pembentukaan karakter dan akhlak sudah dibentuk oleh pemerintah dalam pembelajaran PAI (Pendidikan Agama Islam) di sekolah. Jadi, seluruh anak-anak yang bersekolah di sekolah swasta, negeri, negeri berbasis Islam akan mendapatkan pelajaran ini. Namun, dikarenakan ini bukanlah mata pelajaran yang nantinya menjadi standar kelulusan peserta didik, membuat murid-murid acuh dan menyepelakan materi PAI ini. Begitu juga dengan mata pelajaran PAI yang hanya terdapat 2 jam/100 menit setiap minggunya. Hal ini dianggap tidak efektif, karena penilaian PAI hanya dilakukan melalui ujian tulis bukan praktik dalam dunia nyata. Terlebih, saat ini, karena sedang terjadi pandemi Covid-19 membuat anak-anak kehilangan bimbingan karakter yang biasanya akan didapatklan melalui sekolah serta guru-guru didalamnmya. Maka dari itu perlunya dampingan dari setiap orang tua anak-anak agar selalu mengawasi dan membimbing anak sehingga memiliki akhlak dan karakter yang baik
Melihat dari solusi diatas yang tidak terlalu efisien, disinilah peran pemudapemudi Islami untuk mengambil alih serta mengembalikan akhlak dan karakter umat Islam sesuai dengan ketentuan Islam. Mengapa dari sekian banyak harus generasi muda yang turun? Najwa Shihab dari Narasi, mengutarakan beberapa hal mengapa peran pemuda Indonesia sangat penting, terutama dalam konteks ini pemuda dan pemudi Islami. Pertama, pemuda merupakan pencetus dari pergerakan signifikan, seperti peristiwa sumpah pemuda, Rengasdengklok, yang membentuk rasa nasionalisme dari sabang sampai merauke yang pada akhirnya Indonesia mendapatkan kemerdekaannya sendiri. Anak muda masih dalam fase sangat penasaran, menggebu-gebu tentang kehidupan dan khawatir tentang apa yang sedang terjadi di sekitar masyarakat saat ini dan masa sedang memperjuangkan banyak hal.
Yang artinya adakah anak muda masih ingin terus belajar untuk memperbaiki diri, menciptakan karakter, dan menemukan tujuan hidup menjadi manusia. Selanjutnya, anak muda mempunyai selera yang modern, tidak seperti orang tua yang masih memegang slogan antik dan tidak dapat lagi digunakan di era digitalisasi saat ini. Anak muda menjadi pengguna aktif dalam era digitalisasi saat ini, update twitter, aksi sosial melalui platform online dan sebagainya. Anak muda juga sangat-sangat menghargai perbedaan, mereka menghargai semua kaum, dari mayoritas hingga minoritas. Begitu juga dengan cara mereka bergaul, mereka tahu bagaimana caranya kolaborasi sehingga mengahasilkan sesuatu yang bermanfaat. Dan yang terakhir, karena zaman selalu bergerak, maka anak muda-lah yang menjadi rodanya di setiap zaman. Kita dapat mengetahui, jika pemuda perannya sangat besar, agar dapat menjadi agen dalam kebangkitan Islam.
Melalui paparan diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa pemuda sebagai simbol pergerakan zaman, seperti air yang mengalir dan memberikan kehidupan, Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemuda-pemudi Islam untuk mencegah penurunan akhlak sekaligus menanamkan akhlak yang baik di era digitalisasi saat in, antara lain:
1. Memiliki kesadaran untuk memperbaiki akhlak Dikarenakan anak muda masa ini berkeinginan untuk memiliki pengetahuan yang banyak akan sesuatu, mereka pasti memiliki kesadaran akan sesuatu yang baik dan sesuai dengan moral. Karena dengan kesadaran ini, mereka tau pentingnya berakhlak yang baik dan pastinya khawatir sehingga ingin melakukan perubahan terhadap penurunan nilai-nilai akhlak tersebut.
2. Menyebarkan kebaikan di sosial media Karena saat ini kita sedang berda dalam era digitalisasi, salah satu cara untuk mengembalikan akhlak umat muslim juga dengan rakyat Indonesia lainnya adalah degan memanfaatkan kecanggihan sosial media itu sendiri. Karena anak-anak muda memiliki jiwa yang kreatif, bisa dengan membuat artikel-artikel tentang adab dan akhlak untuk mendekatan diri kepada Allah swt. Atau juga bisa mengunggah suatu postingan yang baik melalui story pada Instagram. Jika ada yang penasaran, maka akan disebarkan lagi oleh orang lain dan penyebarannya akan sangat cepat. Pemuda-pemudi Islami juga dapat mengadakan webinar gratis dengan hadiah-hadiah dan tamu undangan/ influencer Islami yang memiliki banyak pengikut untuk membuat semua orang merasa tertarik dan mendengarkan pendidikan karakter dan akhlak dari influencer tersebut
3. Membuat aplikasi khusus pembelajaran akhlak dan moral Bisa juga membuat aplikasi khusus untuk bimbingan karakter yang tersambung untuk orang ta, diisi dengan ayat-ayat tentang akhlak, sanksi sosial maupun sanksi hukum apabila suatu perbuatan melewati batas dan akhlak dan berguna untuk menyaring tayangan-tayangan dan pembatasan pada penggunaannya. Seperti pendidikan dalam ber-media sosial, bagaimana cara menjaga tangan, mulut, mata dan telinga untuk melihat hal-hal yang tidak baik dalam pandangan agama.
Anak muda merupakan kunci dari naiknya akhlak dan moral bagi negara Indonesia. Karena tanpa akhlak, moral beserta karakter, Indonesia tidak akan maju dan malah menjadi negara yang terbelakang. Maka dari itu, penting sekali bagi anak-anakmuda untuk terus menyalurkan ide-ide, kebaikan untuk berwujudnya Indonesia yang berakhlak santun dan mulia sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW dan Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210323130847-192- 620944/daftar-korban-jari-jari-netizen-ri-all-england-artis-korea/3 http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/view/744/pdf file:///C:/Users/ASUS/Downloads/8518-30945-1-PB.pdf http://repository.iiq.ac.id/bitstream/123456789/1063/2/217410734- Siti%20Patimah-Publik.pdf https://ahmadiyah.id/pustaka/artikel/degradasi-moral-dan-solusi-islam https://katadata.co.id/febrinaiskana/digital/5e9a41f84eb85/penggunaan-whatsapp-daninstagram-melonjak-40-selama-pandemi-corona Najwa Shihab. Youtube.com/Kenapa-Harus-Anak-Mud
Comments
Post a Comment